Rabu, 11 Mei 2011

Pengalaman Lesbian Dengan Tanteku


lesbian 225x300 Pengalaman Lesbian Dengan Tanteku

Pembaca yang budiman, perkenalkan namaku Paramitha dan cukup panggil saja Mitha. Saat ini usiaku 20 tahun. Aku masih duduk dibangku kuliah semester 5 sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Kota Gudeg Yogyakarta. Aku ingin menceritakan pengalaman pertama bercumbu dengan sesama wanita.

Cerita panas ini dimulai pada suatu sore di akhir bulan Februari tahun 2008 lalu. Pada saat itu kedua orang tuaku pergi keluar kota untuk beberapa hari. Kedua orang tuaku sudah meminta tolong kepada tante Layla untuk menemaniku. Sore itu tante Layla datang dengan temannya yang bernama tante Dewi yang berumur sekitar dua kali dari umurku.

Setelah berbasa-basi sebentar di ruang tamu, kupersilakan mereka untuk beristirahat di kamar yang telah disediakan. Mereka berdua masuk ke kamar dan aku membereskan gelas minuman yang kusuguhkan kepada mereka.

Ketika aku melewati kamar mereka, kudengar suara tante Dewi, “Ayo kita mulai”. Aku penasaran dengan perkataan tante Dewi sehingga aku sengaja mengintip melalui lubang kunci pintu kamar itu siapa tahu kelihatan. Memang benar kelihatan. Mereka berdua berdiri berhadap-hadapan sedang saling berciuman dan saling melepas baju. Kulihat tante Dewi tidak mengenakan BH sedangkan tante Layla mengenakan BH. Mereka masih berciuman dan saling meremas payudara. Tante Dewi meremas kedua payudara tante Layla yang masih dilapisi BH sedangkan tante Layla dengan leluasa meremas kedua payudara tante Dewi yang sudah telanjang. Aku sudah terangsang dan tanganku tanpa sadar masuk ke kaos meremas kedua payudaraku sendiri.

cewek smp bugil1 1 Pengalaman Lesbian Dengan Tanteku

HOT dan TERBARU !!! VIDEO CEWEK BISPAK SMP NGENTOT DENGAN BULE DI HOTEL BALI

Beberapa saat kemudian tante Layla menghentikan remasannya pada kedua payudara tante Dewi dan melepas BH-nya sehingga kedua payudara mereka yang lebih besar dari punyaku yang 36A sudah sama-sama telanjang. Mereka melanjutkan saling meremas serta saling mencium dan aku juga makin terangsang, ingin bergabung dalam permainannya.

Tiba-tiba kedua payudara mereka sedikit demi sedikit sudah saling menempel dan mereka berpelukan. Adegan selanjutnya aku tidak melihatnya karena posisi mereka bergeser dari lubang kunci pintu kamar yang aku intip.

Aku kemudian pergi ke kamarku dan melupakan hal tersebut. Aku pergi ke kamar mandi dan ketika aku tinggal melepas CD pintu kamar mandi diketuk oleh seseorang. Aku meraih handukku dan melilitkannya di tubuhku. Kubuka pintu dan kulihat tante Dewi hanya dengan memakai kimono.
“Kamu dipanggil tante”
Pikiranku kembali ke adegan yang kulihat dari lubang kunci sehingga kujawab, “Tapi saya baru mau mandi” Dengan harapan tante Dewi terangsang melihat keadaan tubuhku terlilit handuk kemudian mencumbuku. Ternyata tidak.
“Terserah kamu mau mandi. Tapi aku cuma disuruh”
Dia kemudian pergi dari hadapanku. Aku lalu masih berselimutkan handuk lalu masuk ke kamar tante Layla dan kulihat dia sedang tengkurap di tempat tidur hanya dengan memakai CD saja.

“Ada apa tante?”
“Kamu bisa mijit kan”
“Bisa”
Disuruhnya aku untuk duduk di atas tubuhnya dan aku mulai memijit. Aku memijit sambil membayangkan adegan yang kulihat dari lubang kunci. “Handuknya dilepas saja” Aku menoleh dan kulihat tante Dewi melepas kimononya. Dia yang juga memakai CD saja kemudian naik ke tempat tidur dan menarik handuk yang masih kupakai.

Sekarang kami bertiga sudah sama-sama setengah telanjang. Tante Dewi duduk di belakangku dan menempelkan kedua payudaranya ke punggungku. Digesek-gesekkan kedua payudaranya ke punggungku dan tangannya juga maju ke depan meremas kedua payudaraku. Aku semakin berani dan tanganku yang memijit punggung tante Layla lalu turun ke bawah meremas kedua payudara tante Layla.

Setelah beberapa menit, tante Dewi lalu turun dari tempat tidur dan aku disuruhnya duduk di tepi tempat tidur. Tante Layla juga turun dan berdiri di belakang tante Dewi. Mereka melepas CD mereka masing-masing. Tangan tante Layla dari belakang meremas kedua payudara tante Dewi. Kemudian salah satu tangannya turun ke bawah. Jarinya masuk ke vagina tante Dewi yang sudah basah. Aku sendiri juga semakin basah sehingga kulepas CD-ku. Tapi aku tidak mau ikut bergabung. Takut keasyikan mereka terganggu.

Sekarang mereka sudah saling berhadapan dan berpelukan sambil berciuman serta saling meremas pantat. Jari tante Dewi dimasukkan ke pantat tante Layla begitu pula sebaliknya. Mereka serentak melepaskan ciumannya dan mendesah bersama-sama. Tante Dewi melepaskan pelukan tante Layla dan menyuruhku untuk tiduran. Dia kemudian mencium bibirku dan aku membalasnya. Lidahku masuk ke mulutnya dan saling menjilat. Tangannya meremas kedua payudaraku dan perlahan-lahan kemudian turun ke bawah. Dia menerima sesuatu dari tante Layla. Kulihat penis buatan ada di tangannya. Kemudian penis buatan yang besar itu perlahan-lahan dimaukkan ke vaginaku.

Pertama hanya dimasukkan 2 cm, kemudian ditariknya lagi. Lalu dikeluar-masukkan lagi lebih dalam sampai 7 cm. Dan dikocoknya vaginaku sedangkan mulutnya menghisap payudara kiriku. Aku menikmati perlakuan tante Dewi dan kulihat tante Layla ikut bergabung. Dia mulai mencium bibirku, kemudian turun ke bawah menghisap payudara kananku sedangkan tangannya yang juga memegang penis buatan memasukkannya ke mulutku dan dikeluar-masukkan.

Beberapa saat kemudian tante Dewi menghentikan mengocok vaginaku tetapi penis buatan itu ditinggalkannya. Tante Layla juga berhenti mengeluar-masukkan penis buatan ke mulutku. Tante Layla lalu tengkurap di atasku sambil penis buatan yang masih ada di vaginaku dimasukkannya ke vaginanya kemudian dia naik turun. Seolah-olah aku adalah laki-laki dengan penis besar.

Setelah beberapa menit dia terlihat lemas kemudian tidur di atasku. Kedua payudara kami saling menempel. Kurangsang dia dengan ciuman di bibirnya. Dia mulai terangsang dan memelukku sambil pindah posisi. Tante Layla di bawah dan aku di atas. Aku merasakan ada sesuatu masuk ke lubang pantatku. Ternyata tante Dewi telah tidur di atasku dengan penis buatan di vaginanya yang dimasukkan ke pantatku. Permainan ini berlanjut sampai tengah malam secara bergantian. Aku dengan tante Dewi, aku dengan tante Layla, tante Dewi dengan tante Layla, serta kami bertiga bercumbu bersama-sama. Kami bertiga sangat menikmati permainan ini terutama aku yang baru pertama kali melakukannya.

Tante Deby Yang Nikmat

Hari Selasa pagi itu tak seperti biasanya Deborah datang pagi-pagi sekali ke tokonya, daerah selatan stasiun kereta api di kota Yogyakarta. Deby panggilan singkat deborah, pada pagi itu mengenakan blouse warna pink tanpa lengan yang sangat ketat di tubuhnya yang putih dan bahenol. Rambut lurusnya yang panjang bercat kemerahan dibiarkan terurai, sesekali tersingkap ketika ia bergerak kesana kemari sehingga memperlihatkan tengkuknya yang putih seksi. Rupanya pagi itu, ia memang orang pertama yang datang ke tokonya. Para pegawainya biasanya baru datang pukul 8 pagi. Setelah membuka pintu toko mainannya, ia langsung menuju meja kasir dan menghitung laba perolehan hari sebelumnya, sambil menunggu para pegawainya datang sejam lagi.

Deborah adalah seorang wanita keturunan tionghoa, yang sudah cukup berumur. Akan tetapi, walaupun usianya sudah kepala 4, tetapi perawakannya masih mengundang air liur lelaki yang memandangnya. Tubuhnya yang montok selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing fantasi liar untuk dapat menindihnya. Belum lagi bila memandang buah dadanya yang putih montok itu, setiap lelaki pasti ingin meremas gemas dam memelintir lembut putingnya. Di usianya itupun, wajahnya masih menunjukkan garis-garis kecantikan, serta sorot matanya yang sayu tetapi tajam, menandakan kebinalannya di atas tempat tidur.

Sebagaimana umumnya orang tionghoa, naluri bisnisnya memang cukup tajam. Baru beberapa bulan saja toko mainannya ini ia kelola, ia sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan. Mungkin karena harga mainan anak-anak di tokonya ini relatif murah dibandingkan harga ditoko lainnya. Sambil menunggu pegawainya, Deborah duduk di belakang meja kasir, menghitung laba hari sebelumnya. Belum ada pelanggan yang datang, mungkin karena hari masih cukup pagi, dan di luar pun cuaca terlihat agak mendung.

“Wah, pagi-pagi begini sudah mendung, bisa susah rejeki nih!” pikirnya sambil melihat ke arah luar.”Mudah-mudahan aja, nggak hujan..”
Deborah kembali melanjut pekerjaannya, sampai tiba-tiba di luar gerimis pun turun.
“Lho, baru aja dibilangin, malah hujan beneran deh..” gerutunya.”Anak-anak bisa terlambat dateng nih!” ujarnya lagi sambil melirik arloji emas berbentuk kotak di lengan kanannya.

Gerimis itu lama-kelamaan menjadi hujan yang cukup deras, sehingga hawa pagi itu menjadi semakin dingin. Di luar pun, beberapa orang menghentikan sepeda motornya untuk mengenakan jas hujan, lalu kembali meneruskan perjalanannya. Kecuali beberapa pejalan kaki yang terus berjalan sambil berusaha menghindari hujan, ada juga dua orang pengendara motor yang memilih untuk berteduh sebentar di depan tokonya.

Salah seorang pengendara motor itu, kelihatannya seorang mahasiswa yang hendak pergi kuliah dan tidak membawa jas hujan. Pemuda itu memilih untuk berteduh di depan tokonya, sambil melihat-lihat dari luar ke dalam toko mainan Deborah. Tak lama kemudian, ia masuk ke toko itu, sambil terus melihat-lihat mainan yang ada. Melihat ada tamu yang masuk ke tokonya, Deborah langsung mempersilahkan pemuda itu dan menghentikan pekerjaannya menghitung laba.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Deborah.
“Oh, maaf kebetulan saya kehujanan dan berteduh di depan, saya baru ingat kalau saya memerlukan spare parts untuk mobil remote control saya dirumah” jawab pemuda itu.
“Wah, kalau spare parts remote control, kebetulan disini cukup lengkap, kalaupun di etalase kosong, mungkin bisa saya carikan di gudang”. Ujar Deborah.
”Memangnya bagian apa yang diperlukan?”
“Saya butuh dinamo dan ban untuk mobil remote control saya dirumah,” jawab pemuda itu.

Sambil menerangkan jenis yang dicarinya ia terus mengamati Deborah yang sedang mengecek buku inventarisnya. Ia baru saja menyadari, bahwa lawan bicaranya itu ternyata sangat menggoda dan membangkitkan gairahnya. Terutama di pagi hari yang sangat dingin itu. Melihat keadaan toko yang sepi itu, ia ingin mencoba mencari kesempatan di dalam kesempitan. Ia pun berusaha berkenalan dengan Deborah.

“Oya, kenalkan nama saya Anto,” pancing pemuda itu.
“Oh, saya Deborah,” balas Deborah.
“Saya mesti panggil Mbak atau tante nih?” tanya Anto lagi.
“Terserah deh! Enaknya Dik Anto aja gimana,” jawab Deborah.
”Wah, sepertinya dinamo yang untuk model itu disini sudah habis, saya memang nggak menyimpan stok banyak, karena kurang banyak peminatnya”.
“Yah, sayang sekali.. Apa di gudang juga sudah habis?” pancing Anto.
“Oh iya, saya hampir lupa, sebentar saya coba carikan,” lanjut Deborah sambil mengunci mesin kas-nya dan beranjak keluar meja kasir ke arah gudang di lantai dua toko itu.
”Dik Anto tunggu sini sebentar ya?”.

Saat melihat Deborah berdiri dan berjalan, gairah Anto semakin meluap. Terlebih lagi ketika ia mengamati Deborah menaiki tangga kayu itu, matanya semakin nakal melirik ke arah bongkahan pantat Deborah yang terbungkus rok jeans mini. Entah keberapa kalinya ia menelan ludah, sejak ia pertama kali melihat tante itu. Dan entah desakan dari mana yang membimbing Anto mengikuti Deborah, naik ke lantai dua. Ia kemudian memegang pegangan tangga, untuk mengikuti tante itu, sambil mendongak ke atas melihat Deborah yang masih menaiki tangga itu. Terlihat jelas oleh matanya, Deborah saat itu mengenakan celana dalam hitam berenda dan samar-samar memperlihatkan gundukan putih menggiurkan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Pemandangan itu membuat nafasnya semakin naik turun.

Perlahan-lahan agar tak terdengar oleh tante itu ia mulai meniti anak tangga, hingga akhirnya ia sampai ke lantai dua yang merupakan gudang di toko itu. Ia menghampiri Deborah yang sedang berjongkok mengaduk-aduk sebuah kardus. Anto mengendap-endap ke belakang Deborah, kemudian berdiri tepat di belakang Deborah, menunggu tante itu berdiri.

Tak lama kemudian, kelihatannya Deborah sudah menemukan apa yang di carinya, setelah menaruh kembali kardus itu ke tempat semula, ia pun berdiri, dan langsung dikejutkan oleh kehadiran Anto di hadapannya.
“Lho..”

Belum sempat Deborah menyelesaikan kalimatnya, Anto langsung memeluk Deborah, sambil membungkam mulut tante itu dengan tangannya. Otomatis Deborah meronta dan berusaha berteriak, sambil memukuli punggung Anto. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka, tangan Anto yang lebih kuat semakin mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Deborah. Hingga akhirnya Deborah sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan sia-sia. Tubuh montoknya pun menjadi lemas.

Melihat Deborah sudah menjadi lemas, Anto mengendurkan dekapan dan bungkaman pada bibir Deborah. Ia langsung menciumi bibir tante itu, dilumatnya habis wajah Deborah. Diciumi dan dijilatinya wajah cantik itu sambil nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.
“Aa.. Apa yang kau lakukan?? Kurang ajar kamu!” bisik Deborah terpatah-patah karena ketakutan.
“Tenang Tante.. Jangan takut, Tante nurut aja.. Lagi pula teriakan Tante nggak akan terdengar karena derasnya hujan,” jawab Anto sambil terus menciumi bibir Deborah dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah dada tante itu.
“Jjja.. Ngann.. Please.. Kenapa kamu nggak nyari perempuan yang lebih muda aja?” Pinta Deborah sambil berusaha menepis tangan Anto yang sudah mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus bra dan blouse dari luar.
“Kalau kamu mau uang, ambil aja di kassa.. Tapi jangan seperti ini.. Please..”
“Aku mau Tante aja.. Sudah deh, Tante nurut aja.. Ntar pasti Tante nikmatin juga. Percaya deh!” bisik Anto di telinga Deborah, sambil kemudian dijilatinya telinga yang putih kemerahan itu.
“Mmmhh.. Tante begitu harum.. Kulit Tante mulus dan wangi..” sambung Anto sambil terus menggerayangi buah dada dan lengan Deborah. Deborah enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang sedang mencoba memperkosanya itu, tetapi hati kecilnya tergoda juga oleh kata-kata pemuda itu.

Sambil mendorong tubuh Deborah agar rebah ke lantai, tangan Anto kini mulai berpindah ke daerah perut Deborah, yang kelihatannya sudah semakin tak berkutik. Direnggutnya blouse tante itu ke atas, dan terpampanglah perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi tak mengurangi keseksian tante itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai turun ke leher, buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya mulai menggerayangi perut dan pusar Deborah.

Rupanya ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya itu lama kelamaan menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik, Deborah menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi desahan. Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang sesekali meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat dengan tubuhnya. Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan kecil dari mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.
“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.

Deborah pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia merasa harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda itu, di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu. Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil menyingsingkan rok mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai menggerayangi daerah kemaluan Deborah. “Nngghh..” tak sadar Deborah melenguh nikmat.

Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya dari luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun tak henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang montok dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu. “Ahh.. Sshh..” lenguh Deborah.

Deborah semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya. Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya memanjakan wanita. Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.

Jemari Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah. Diusap-usapnya jahitan pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu. Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto pada jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah menimbulkan suatu sensasi dan rangsangan yang sangat dinikmatinya. Jahitan dari motif renda yang tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya seakan-akan menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat Anto memang sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya. Hal ini membuat Deborah semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang semakin membanjiri daerah itu.

“Aughh.. Nakal kamu ya!” jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya. Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah, ia langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir kenikmatan Deborah itu ke bibir seksi tante itu. Dan langsung saja Deborah menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Anto sendiri tak henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum Deborah seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itru dengan lembut. Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu, Anto langsung mendekati bibir wanita itu, berharap agar masih ada sisa lendir kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya. Deborah agaknya mengerti oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung mengumpulkan ludah dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir kenikmatannya, kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit terbuka penuh gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Deborah. Dikecap-kecapnya sebentar ludah tante itu dalam mulutnya, kemudian ditelannya penuh nafsu.

Melihat kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh nafsu. Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk sama-sama saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi telentang dengan pahanya agak terbuka.

Deborah langsung menarik kepala pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah. Kemudian dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya kepala pemuda itu agar mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang sudah terbakar oleh nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi, langsung saja menuruti keinginan Tante itu. Tanpa membuka celana dalam Deborah, ia langsung menjilati vagina Deborah dengan hanya cukup menarik pinggiran berenda celana dalam Tante itu di sekitar vaginanya. Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu vagina itu sambil kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Deborah.

Rupanya Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar Anto, ia juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya. Hingga tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan Tante itu bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak lama kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu, diiringi teriakan liar Deborah.

“Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh.. Ghhaahh..” Racau Deborah. Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”

Wajah Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang berasal dari dalam liang vagina Deborah. Rupanya Saat itu Deborah baru saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto menjilati dan meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari dalam vagina Tante itu. Hal ini tentunya membuat Deborah yang baru saja mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.

“Hhhaahh ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak Deborah sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda itu. Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit pun dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung menelannya dengan rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh lendir Deborah.

Setelah Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih kembali, ia langsung beranjak ke arah bibir Deborah, dengan masih mengulum lendir dari vagina Tante itu ia menyuapkannya ke bibir seksi di hadapannya. Deborah langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia langsung membuka bibir seksinya seraya berkata,
“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”. Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Ssshh..”
“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.

Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung melucuti pakaiannya sendiri. Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia memang tak sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante dan menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang bulat, ia berdiri sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.

“Woow..” kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.

Deborah langsung mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu dengan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap vaginanya sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar ingin digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang menegang keras itu dengan lendirnya.

“Aaahh.. Angett Tantee..” Bisik Anto sambil memejamkan matanya.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.

Deborah menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus mengerjai penis pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan basah dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.
“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.

Deborah berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda itu, sambil teros berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Tante-Tante yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin tak sabar untuk segera menggarap Tante itu. Diacak-acaknya rambut Deborah dengan gemas.
“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.

Deborah yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam berendanya kembali mengerjai penis Anto. Dikulum-kulum dan dijilatinya batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya sendiri. Deborah semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola matanya nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan panas itu. Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto yang menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis kesakitan.

Anto yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja menarik tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja Deborah menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula bibir dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.

“Tante, aku sudah nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.
“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan tatapan sayu memelas penuh nafsu.”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.
“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,” pinta Anto, “Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih terbungkus bra hitam renda itu.

Anto langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam posisi doggie style terlebih dahulu. Ia langsung mengambil ancang-ancang doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto, siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Deborah terlihat sangat menggairahkan saat itu. Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar. Pemuda itu langsung mengarahkan penisnya yang sudah benar-benar panjang dan tegang tepat ke arah vagina Tante itu. Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat putih mulus dan montok yang masih terbungkus celana dalam hitam itu timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Tante itu. Dan langsung saja ia menunduk ke arah pantat Deborah yang sedang menungging dan tak mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu, kemudian ditariknya celana dalam Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba.. “Aaahh..”

Deborah merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang anusnya dan Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat. “Kau apakan tadi To?”

Desah Deborah sambil menengok kebelakang, dan ia langsung mendapati pemuda itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan begitu rakus.Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini. Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin acak-acakan. Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang. Entah untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia dapatkan dari Anto.

Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu. Entah keberapa kalinya ia membuat Deborah berteriak dan meringis kesakitan saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu. Lidah pemuda itu menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus Deborah turun ke liang vagina Tante itu. Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah menggelinjang kenikmatan. Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak mainan disampingnya sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri buah dadanya yang masih terbungkus bra hitam itu. Dipuntir-puntirnya sendiri putingnya yang masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang ditimbulkan oleh renda dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar menambah rangsangan pada dirinya. Deborah semakin menggila, ia ingin dijadikan budak seks oleh Anto.

“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Deborah,
“Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum Tante..” racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah, mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah bergantian.

Tiba-tiba Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari dalam selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan vagina dan daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat. Dan ia langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan orgasme lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada daerah selangkangan Tante itu, sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan lidahnya pada vagina Deborah dalam-dalam, Tante itu tersentak sambil berteriak..

“Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!” racau Deborah dengan liarnya, dan.. crootss.. Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh cairan kenikmatan yang muncrat dari dalam vagina Deborah.
“Ahh Ghiillaa..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam rahimnya itu.

Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai lemas berpegangan rak mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat menahan sisa-sisa orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.

Anto pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan istirahat pada Deborah. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan jilatan pada daerah sekitar selangkangan Tante itu karena ia ingin membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari dalam vagina Deborah.

“Aaacchh.. shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Deborah saat Anto menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat peka.
“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.

Rupanya ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut pemuda itu. Anto langsung menuruti permintaan Deborah, lagi pula ia semakin tak sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu. Perlahan-lahan ia menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian dalamnya. Gesekan yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang berenda dengan tubuh Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang gairah Anto.

“Kemari Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Deborah sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto. Mulut Anto yang masih mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah langsung diarahkannya ke bibir Deborah yang sedang membuka seksi.
“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun semakin menegang minta dipuaskan.
“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.

Langsung saja Anto bangun dari tubuh Deborah, kemudian dipelorotkannya celana dalam hitam Tante itu, lalu diaturnya posisi kaki Deborah agar mengangkang lebar. Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Tante itu masih terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih. Bulu-bulu disekitar vagina Deborah terpotong rapi, menandakan bahwa Tante ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut. Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah. Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke vagina Deborah, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah. Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.

“Cepat To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau Deborah sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam berenda itu.
“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
“Mmmhh.. Oohh.. “

Anto rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu. Ia ingin mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan sumpah serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya….Bless…..

Melesaklah penis Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut itu perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Kejutan ini benar-benar mengagetkan Deborah. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang pasti ia sangat menikmatinya.
“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.

Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan penis Anto dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya semakin banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.

Penis itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu. Begitupun dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat benda asing yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan. Sambil menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah, Anto meremas-remas bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu, tingkahnya mirip seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan. Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Deborah menggelinjang tak karuan. Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis Anto semakin merasakan kenikmatan.

Keduanya saling berciuman. Berpagutan dengan liarnya tiada henti. Deborah menggigiti lidah dan bibir Anto sambil terus menekan dan membuat jepitan dalam vaginanya. Tante itu rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas. Sesekali Deborah meludahkan air liurnya ke dalam mulut Anto yang sedang tergagap-gagap kenikmatan. Dikumur-kumurnya liur Tante itu oleh Anto sebelum ditelannya.

Perlahan-lahan Anto mencabut penisnya dari dalam vagina Deborah. Ia tak ingin melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang menggilakan. Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik merah menyala itu semakin terbuka seksi.

“Ooohh.. Mmmhh..” desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.
“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Deborah.

Dicabutnya perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam vagina Deborah. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati Deborah. Ia masih menginginkan penis itu berada dalam relung kewanitaannya, mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki penis itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu, ia semakin mempersetankan semuanya. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda, Anto hanya memandangi wajah kecewa Deborah sambil mengocok-ngocok penisnya yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina Deborah.

“Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!” racau Deborah makin tak karuan.

Kali ini jemari lentiknya menggantikan penis Anto bermain di sekitar kemaluannya. Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu. Deborah benar-benar menginginkan penis Anto. Sambil mengelus-elus dan mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya, ia terus menggelinjang dan merintih. Sementara itu tangan kirinya tak henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.

“Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ” racau Deborah makin menggila.

Anto terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan Deborah. Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.

Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung mendekati Deborah, memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya penuh nafsu. Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda itu. Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh permukaan bibirnya. Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini. Ia semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin dibuat menggila oleh pemuda itu. Tak terhitung lagi berapa kali lendir pelumas keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila bergesekan dengan paha atau penis Anto. Rupanya Anto pun menyadari hal ini. Ia telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya. Dan ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam vagina Tante itu.

“Aku nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?” pinta Anto sambil menciumi wajah Deborah, sementara tangan kanannya mengocok penisnya yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Deborah yang mengangkang lebar.
“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..” racau Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang menegang dipenuhi urat-urat. Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.

“Ssshh.. Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh” bisik Deborah sambil mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat menikmati penetrasi itu.
“Tantee.. Nnngghh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat menikmati setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.

Saat penisnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu, tanpa membuat gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang mereka rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Anto menciumi seluruh bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan lidahnya. Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya. Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Sesekali ia menyupang buah dada Tante itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Deborah.

Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu dari mereka, baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa melepaskan ujung penis Anto, kemudian secara berbarengan keduannya saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.

“Aaahh yyhhaahh.. Ssshh..” teriak Deborah saat penis Anto melesak masuk dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding rahimnya.
“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.

Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul mereka. Anto yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina Deborah secepat mungkin. Begitupun dengan Deborah, ia mengangkangkan selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul Anto dengan sedapat mungkin menyambut penis pemuda itu dengan vaginanya bila ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.

Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik buat pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak becek dari vagina Deborah dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang makin lama makin deras sehingga semakin menimbulkan hawa dingin yang justru makin membuat keduanya terbakar nafsu.

Deborah begitu menikmati permainan pinggul Anto. Jujur saja dalam hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat sampai-sampai terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Anto mengayunkan pinggul begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini. Erangan Deborah yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul Anto yang begitu cepatnya justru semakin membakar Nafsu Anto. Ia begitu menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang tak jelas dan kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang secara tak sadar keluar dari mulut seksi Deborah yang sedang diperbudak oleh gairah.

“Ooohh.. Masukkan penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa aku! Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh.. Ttterrusshh.. Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..” racau Deborah sambil kedua tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.
“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”

Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto terus bertahan diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa dijangkaunya. Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat. Sesekali Anto menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu. Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa pegal di kedua lututnya karena terus menumpu bobot badannya. Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung disetujui oleh Tante itu.

Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu, kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri. Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Anto. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah. Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.

Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto. Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.

“Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..” pinta Deborah penuh nafsu.
“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.

Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam vaginanya.
“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.

Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin merem melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya, dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante itu.

“Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..” racau Deborah, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Anto menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu.

Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu. Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet kencing itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..

“Sebentar Sayang! Ahh Stopp!” pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.
“Aku..”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
“Wow.. Mmmhh..”

Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.

“Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..” desis Deborah sambil menahan geli karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu. Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!” racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.

Setelah puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung bangkit berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai memandangi tubuh montok Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul Tante itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto. Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati penisnya, dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah.

Tak henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga, ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto, hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala zakar milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak karuan.

“Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!” bisik Anto tak sabar.
“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!” ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..
“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget.
“Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.
“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!” rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.
“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.Blleesshh..
“Ooohh.. Ssshh..” desah Deborah penuh kenikmatan.
“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.

Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto dari bawah. Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok sambil sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya nyaris berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.

Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.

“Naikkan sedikit pantatnya Tante!” pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.
“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.

Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.Blesshh……penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan kehangatan dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikal kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan liar.

“Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Terus!” teriak Deborah saat menerima kocokan penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh..” desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.
“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.
“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.

Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit, kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi dirinya. Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya. Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.

Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan penisnya pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit dari posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih. Ditelannya cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.
“Aawww..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.

Setelah Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir pelumasnya, ia langsung bangkit dan mendekatkan penisnya pada pada vagina Deborah. Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit melesak masuk dibelahan vagina Tante itu. Deborah semakin tak sabar untuk segera menerima kocokan penis Anto di dalam vaginanya yang terasa semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya kebelakang, berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam vaginanya.

Anto yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan penisnya lagi ke dalam vagina Deborah langsung mendorongkan pinggulnya ke depan, dan….Blleesshh…..
“Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..” bisik Deborah lirih.
“Ohh Tante!” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!” bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.

Anto kembali mengayunkan pinggulnya perlahan. penisnya keluar masuk vagina Tante itu perlahan-lahan, dan menyebabkan vagina Deborah yang terasa masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar, kemudian saat Anto mendorong penisnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam. Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.

Mereka bermain dalam tempo yang lambat. Deborah pun tak henti-hentinya meracau dan terkadang mulutnya yang seksi itu mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya.

“Terus To! Hamili aku gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila penismu nikmat banget Sayang!” racau Deborah.
“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau lepas nih! Ohh.. Ssshhtt” teriak Anto sambil sesekali menampari bokong Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.

Lama-kelamaan ayunan pinggul mereka semakin cepat, seakan-akan ada sesuatu yang dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi lenguhan. Keringat mereka bercucuran disana sini. Terkadang Anto pun menjilati punggung Deborah yang dibanjiri keringat itu. Pegangan Anto pun berpindah dari pinggul Deborah ke pundak Deborah. Tangan kanannya memegang erat pundak Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak rambut ikal Deborah. Ia terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya. Pinggulnya mengayun dengan cepat. Suara liar mereka berpadu dengan decak becek yang timbul dari kocokan penis Anto pada vagina Deborah. Bola mata Deborah nyaris berputar kebelakang saking nikmatnya. Rasanya belum pernah ia diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun. Ia pun benar-benar dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan istri dari suaminya. Ia bahkan mempersetankan suaminya. Ia ingin terus diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini. Ia tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat vaginanya terasa geli daripada nikmat. Deborah benar-benar semakin mempersetankan segalanya.

Tiba-tiba ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan, selangkangannya pun bergetar gila-gilaan. Ia sadar bahwa dirinya akan merasakan orgasme atau bahkan multi orgasme. Sesuatu yang teramat jarang dirasakannya bila sedang bersama suaminya. Sebenarnya ia tak ingin mendapatkan orgasmenya cepat-cepat, tetapi hati kecilnya menginginkan sesuatu yang teramat jarang didapatkannya itu. Teriakannya pun semakin liar. Goyangan pinggulnya semakin tak karuan. Dan ia pun menyadari bahwa ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari sebelumnya. Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat ayunannya, bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.

“Tan.. Tee aku mau keluar nih!” teriak Anto.
“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”

Deborah pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba.. vaginanya berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar gila-gilaan lagi, ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya. Deborah pun pasrah menerima kocokan demi kocokan penis pemuda itu dalam vaginanya. Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati puncaknya, ia mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk penisnya dalam vagina Deborah, sampai tiba-tiba.. Pinggulnya menegang, seakan-akan memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam selangkangannya. Ia bahkan sempat melihat Deborah menghempaskan rambutnya kesamping. Pemandangan itu benar-benar seksi.

Dan…..Croott….Meledaklah larva panas dari dalam saluran sperma Anto. Memuntahkan bermili-mili liter air mani yang panas ke dalam vagina Deborah.
“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.

Deborah yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin tak dapat menahan orgasmenya. Selangkangannya yang sejak tadi bergetar hebat dan vaginanya yang berdenyut gila-gilaan mencapai suatu titik yang membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.
“Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya memenuhi ruangan gudang itu.
“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.

Keduanya merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah mereka. Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka rasakan. penis Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya ke dalam vagina Deborah. Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar dan berdenyut tak karuan. Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme yang seakan-akan tak akan hilang dari raga bagian bawah mereka.

Deborah merasa lemas pada bagian lututnya. Ia tak sadar bahwa ia telah bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan seluruh persendiannya.

“Lepas dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku sebenernya nggak ingin lepas,” pinta Deborah pada Anto yang masih menancapkan kejantanannya pada lubang vagina Deborah.
“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
“Ssshhtt.. Ooohh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.

Deborah berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus, dengan posisi mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang masih berdenyut-denyut dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya. Diraupnya lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto, kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu. Matanya terbuka sayu dan rambutnya terurai acak-acakan. Pemandangan yang benar-benar membuat jantung Anto berdegub tak karuan.

Anto pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini. Didekatinya vagina Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu. Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak merah dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan. Dijambakinya rambut pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya. Perasaan campuran antara geli dan nikmat itu semakin menggila. Merasa perlakuannya mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi lumatannya pada vagina Deborah..

“Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..” desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.
“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.

Anto terus menjilati vagina Tante itu. Lidahnya yang kasar dikeluar masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak oleh rasa nikmat. Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan Deborah berubah-ubah. Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina Deborah hanya pada bagian luarnya saja, dengan jemari Anto menguakkan labium mayora Deborah. Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah, membuat Tante itu melonjak kenikmatan.

Deborah merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan seperti ini. Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan pemuda yang baru dikenalnya dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar. Dipilin-pilinnya puting miliknya dengan penuh nafsu. Mulutnya pun tak henti-hentinya mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan. Ia benar-benar diperbudak dan dipermainkan kenikmatan. Hingga suatu saat, ia merasa pinggul dan selangkangannya bergetar hebat lagi sedang vaginanya berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding orgasmenya tadi, ia langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin merapat dengan selangkangan dan vaginanya. Anto yang juga menyadari hal itu semakin buas dalam menjilati liang vagina dan menghisap-hisap labium mayora Tante itu.

Ia sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi. Deborah sendiri merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi. Pikirnya mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi, terlebih setelah orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh persendiannya. Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto. Semakin didekapnya kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya, sampai tiba saatnya ia tak dapat menahannya lagi, dan.. Crroottss.. Seerr..

“Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.

Keduanya langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina Deborah yang sedang dijilat dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili liter lendir kenikmatan berwarna putih kental yang menyembur keluar berbarengan dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi orgasme yang hebat sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri yang langsung menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat dihadapannya.

Anto yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri oleh lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu. Ditelannya semua yang berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya. Hal ini tentunya membuat Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda seluruh bagian selangkangannya. Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas hingga ia nyaris tak sanggup mendorong dan menyingkirkan kepala Anto yang berada siantara selangkangannya dan sedang sibuk menjilati vaginanya dengan rakus.

Anto pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya. Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum lendir kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu, kemudian dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi. “Nngghh..” Lenguh Deborah.

Anto langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu, yang langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah. Dilumatnya mulut Anto yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri, kemudian ditelannya hingga tak bersisa. Deborah benar-benar puas dengan permainan mereka, begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap tubuh montok Tante itu, kemudian bibir mereka saling berpagutan penuh nafsu. Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.

“Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?” bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.
“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini, kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.
“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?” jawab Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini kapan pun ia mau.

Shindy Gadis imut 11 Tahun


cerita panas1 300x225 Cerita Sex Shindy Gadis imut 11 Tahun

Cerita Sex. Saat ini aku menetap di rumah kos dengan sebuah keluarga yang memiliki tiga orang anak. Anak pertama berusia 15 tahun laki-laki, yang nomor dua berusia 13 tahun, perempuan dan yang paling kecil berusia 11 tahun perempuan juga.

Saat aku tidur sore, dia suka membangunkan aku, menyuruh agar cepat mandi. Tak lupa setelah itu dia membawakan PR-nya untuk kami kerjakan bersama. Tentu saja aku suka, karean Shindy memang anak yang baik, bersih, berkulit putih. Ayah ibunya sangat senang, karena aku suka mengajarinya menyanyi oleh vocal. Sebagai mahasiswa Fakultas Kesenian jurusan etnomusikologi, aku juga senang memainkan gitar klasikku. Terkadang dari seberangkamarku, ibu Shindy suka mengikuti nyanyianku. Apalagi kalau aku memetik gitarku dengan lagu-lagu nostalgia seperti Love Sotery atau send me the pillow.

Sore itu, aku gerah sekali. Aku mengenakan kain sarung. Biasa itu aku lakukan untuk mengusir rasa gerah. Semua keluargatau itu. Kali ini seperti biasanya aku mengenakan kain sarung tanpa baju seperti biasanya, hanya saja kali ini aku tidak mengenakan CD.

“Wandy (nama samaran)…ibu pergi dulu ya. Temani Shindy, ya,” ibu kosku setengah berteriak dari ruang tamu.

“Ok…bu!”jawabku singkat. Aku duduk di tempat tidurku sembari membaca novel Pramoedya Ananta Toer. AKu mendengar suara pintu tertutup dan Shindy menguncinya. Tak lama Shindy datang ke kamarku. Dia hanya memakai minishirt. Mungkin karean gerah juga. Terlihat jelas olehku, teteknya yang mungil baru tumbuh membayang. Pentilnya yang aku rasa baru sebesar beras menyembul dari balik minishirt itu. Shindy baru saja mandi. Memakai celana hotpant. Entah kenapa, tiba-tiba burungku menggeliat. Saat Shindy mendekatiku, langsung dia kupeluk dan kucium pipinya. Mencium pipinya, sudah menjadi hal yang biasa. Di depan ibu dan ayahnya, aku sudah beberapa kali mencium pipinya, terkadang mencubit pipi montok putih mulus itu.

Shindy pun kupangku. Kupeluk dengannafsu. Dia diam saja, karen tak tau apa yang bakal tejadi. Setelah puas mencium kedua pipinya, kini kucium bibirnya. Biobir bagian bawah yang tipis itu kusedot perlahan sekali dengan lembut. Shindy menatapku dalam diam. Aku tersenyum dan Shindy membalas senyumku. Shindy berontak sat lidahku memasuki mulutnya. Tapi aku tetap mengelus-elus rambutnya.

“Ulurkan lidahmu, nanti kamu akan tau, betapa enaknya,” kataku berusaha menggunakan bahasa anak-anak.

“Ah…jijik,”katanya. Aku terus merayunya dengan lembut. Akhirnya Shindy menurutinya. Aku mengulum bibirnya dengan lembut. Sebaliknya kuajari dia mkenyedot-nyedot lidahku. Sebelumnya aku mengatakan, kalau aku sudah sikat gigi.

“Bagaimana, enak kan?” kataku. Shindy diam saja. Aku berjanji akan memberikan yang lebih nikmat lagi. Shindy mengangukkan kepalanya. Dia mau yang lebih nikmat lagi. Dengan pelan kubuka minishirt-nya.

“Malu dong kak?” katanya. Aku meyakinkannya, kalau kami hanya berdua di rumah dan tak akan ada yang melihat. Aku bujuk dia kalau kalau mau tau rasa enak dan nanti akan kubawa jajan. Bujukanku mengena. Perlahan kubuka minishirt-nya. Bul….buah dadanya yang baru tumbuh itu menyembul. Benar saja, pentilnya masih sebesar beras. Dengan lembut dan sangat hati-hati, kujilati teteknya itu. Lidahku bermain di pentil teteknya. Kiri dan kanan. Kulihat Shindy mulai kegelian.

“Bagaimana…enakkan? Mau diterusin atau stop aja?” tanyaku. Shindy hanya tersenyum saja.

Kuturunkan dia dari pangkuanku. Lalu kuminta dia bertelanjang. Mulanya dia menolak, tapi aku terus membujuknya dan akupun melepaskan kain sarungku, hingga aku lebih dulu telanjang. Perlahan kubuka celana pendeknya dan kolornya. Lalu dia kupangku lagi. Kini belahan vaginanya kurapatkan ke burungku yang sudah berdiri tegak bagai tiang bendera. Tubuhnya yang mungil menempel di tubuhku. Kami berpelukan dan bergantian menyedot bibir dan lidah. Dengan cepat sekali Shindy dapat mempelajari apa yang kusarankan. Dia benar-benar menikmati jilatanku pada teteknya yang mungil itu.

“Shindy mau lebih enak lagi enggak?” tanyaku. Lagi-lagi Shindy diam. Kutidurkan dia di atas tempat tidurku. Lalu kukangkangkan kedua pahanya. Vagina mulus tanpa bulu dan bibir itu, begitu indahnya. Mulai kujilati vaginanya. Dengan lidah secara lembut kuarahkan lidahku pada klitorisnya. Naik-turun, naik-turun. Kulihat Shindy memejamkan matanya.

“Bagaimana, nikmat?” tanyaku. Lagi-lagi Shindy yang suka grusah grusuh itu diam saja. Kulanjutkan menjilati vaginanya. Aku belum sampai hati merusak perawannya. Dia harus tetap perawan, pikirku. Shindy pun menggelinjang. Tiba-tiba dia minta berhenti. Saat aku memberhentikannya, dia dengan cepat berlari ke kamar mandi. Aku mendengar suara, Shindy sedang kencing. AKua mengerti, kalau Shindy masih kecil. Setelah dia cebok, dia kembali lagi ke kamarku.

Shindy meminta lagi, agar teteknya dijilati. Nanti kalau sudah tetek di jilati, memek Shindy jilati lagi ya Kak? katanya. Aku tersenyum. Dia sudah dapat rasa nikmat pikirku. Aku mengangguk. Setelah dia kurebahkan kembali di tempat tidur, kukangkangkan kedua pahanya. Kini burungku kugesek-gesekkan ke vaginanya. Kucari klitorisnya. Pada klitoris itulah kepala burungku kugesek-gesekkan. Aku sengaja memegang burungku, agar tak sampai merusak Shindy. Sementara lidahku, terus menjilati puting teteknya. Aku merasa tak puas. Walaupun aku laki-laki, aku selalu menyediakan lotion di kamarku, kalau hari panas lotion itu mampu mengghilangkan kegerahan pada kulitku. Dengan cepat lotion itu kuolesi pada bvurungku. Lalu kuolesi pula pada vagina Shindy dan selangkangannya. Kini Shindy kembali kupangku.

Vaginanya yang sudah licin dan burungku yang sudah licin, berlaga. Kugesek-gesek. Pantatnya yang mungil kumaju-mundurkan. Tangan kananku berada di pantatnya agar mudah memaju-mundurkannya. Sebelah lagi tanganku memeluk tubuhnya. Dadanya yang ditumbuhi tetek munguil itu merapat ke perutku. Aku tertunduk untuk menjilati lehernya. Rasa licin akibat lotion membuat Shindy semakin kuat memeluk leherku. Aku juga memeluknya erat. Kini bungkahan lahar mau meletus dari burungku. Dengan cepat kuarahkan kepala burungku ke lubang vaginanya. Setelah menempel dengan cepat tanganku mengocok burung yang tegang itu. Dan crooot…crooot…crooot. Spermaku keluar. Aku yakin, dia sperma itu akan muncrat di lubang vagina Shindy. Kini tubuh Shindy kudekap kuat. Shindy membalas dekapanku. Nafasnya semakin tak teratur.

“Ah…kak, Shindy mau pipis nih,” katanya.

“Pipis saja,” kataku sembari memeluknya semakin erat. Shindy membalas pelukanku lebih erat lagi. Kedua kakinya menjepit pinggangku, kuat sekali. Aku membiarkannya memperlakukan aku demikian. Tak lama. Perlahan-lahan jepitan kedua aki Shindy melemas. Rangkulannya pada leherku, juga melemas. Dengan kasih sayang, aku mencium pipinya. Kugendong dia ke kamar mandi. Aku tak melihat ada sperma di selangkangannya. Mungkinkah spermaku memasuki vaginanya? Aku tak perduli, karean aku tau Shindy belum haid.

Kupakaikan pakaiannya, setelah di kamar. Aku makai kain sarungku. Mari kita bobo, kataku. Shindy menganguk.

“Besok lagi, ya Kak,” katanya.

“Ya..besok lagi atau nanti. Tapi ini rahasia kita berdua ya. Tak boleh diketahui oleh siapapun juga,” kataku. Shindy mengangguk. Kucium pipinya dan kami tertidur pulas di kamar.

Kami terbangun, setelah terdengar suara bell. Shindy kubangunkan untuk membuka pintu. Mamanya pulang dengan papanya. Sedang aku pura-pura tertidur. Jantungku berdetak keras. Apakah Shindy menceritakan kejadian itu kepada mamanya atau tidak. Ternyata tidak. Shindy hanya bercerita, kalau dia ketiduran di sampingku yang katanya masih tertidur pulas.

“Sudah buat PR, tanya papanya.

“Sudah siap, dibantu kakak tadi,” katanya. Ternyata Shindy secara refleks sudah pandai berbohong. Selamat, pikirku.

Setelah itu, setiap kali ada kesempatan, kami selalu bertelanjang. Jika kesempatan sempit, kami hanya cipokan saja. Aku menggendongnya lalu mencium bibirnya.
Hal itu kami lakukan 16 bulan lamanya, sampai aku jadi sarjana dan aku harus mencari pekerjaan.

Malam perpisahan, kami melakukannya. Karena terlalu sering melaga kepala burungku ke vaginanya, ketika kukuakkan vaginanya, aku melihat selaput daranya masioh utuh. Masa depannya pasti masih baik, pikirku. Aku tak merusak vagina mungil itu.

Sesekali aku merindukan Shindy, setelah lima tahun kejadian. AKu tak tahu sebesar apa teteknya sekarang, apakah dia ketagihan atau tidak. Kalau ketagihan, apakah perawannya sudah jebol atau tidak. Semoga saja tidak.

Selasa, 10 Mei 2011

Karena Renang Akhirnya Aku Ngentot



“Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal dateng aja” pamitnya.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.

Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..)

20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya habis-habisan.

Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu tepat di depan wajahku.
“Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!” ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
“Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!” katanya sambil matanya menatapi dadaku
“Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!” kataku sewot.

Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di sini. Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).

“Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!” tantangku.
“Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh” jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).

Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya.
“Eenghh.. terus Tar.. oohh!” desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.

Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.
“Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu” kataku.
Si Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.

Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.
“Eemmpp.. emmphh.. nngg..!” aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.

Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Joko muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua ini pada ortuku.
“Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan” katanya terbata-bata.
Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya.
“Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!” godaku.
Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang.

Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
“Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?” Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.

Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan.
“Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!” seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.

Taryo lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Joko makin bersemangat.

Rupanya aku telah membuat Pak Joko ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Taryo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan.

Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
“Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?” tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, “Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih”.
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.

“Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng” kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di depanku.
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
“Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!” desahku tak tertahankan.
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.

“Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin” ceracaunya.
“Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim” kataku dalam hati.
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.

Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
“Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!” rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.

Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.

Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir
“Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih” disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.

Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok di kampus. Lain hari aku akan menceritakan bagaimana jahilnya aku mengerjai teman-teman kuliahku sehingga mereka jatuh ke tangan Pak Joko dan Taryo dan juga pengalaman-pengalamanku lainnya, harap sabar yah